Pengolahan kunyit secara tradisional telah lama menjadi tulang punggung ekonomi Desa Banua Adolang, Kecamatan Pamboang, Kabupaten Majene. Praktik turun-temurun ini tidak hanya menyediakan mata pencaharian bagi mayoritas penduduk desa, tetapi juga menjaga kelestarian kearifan lokal. Proses pengolahan yang masih mengandalkan metode konvensional, mulai dari penanaman, panen, hingga pengeringan dan penumbukan, memberikan ciri khas tersendiri pada produk kunyit asal desa ini. Ketergantungan ekonomi desa pada komoditas kunyit ini mendorong masyarakat untuk terus berinovasi, meskipun dalam skala terbatas. Beberapa warga telah mulai mengembangkan produk turunan sederhana, seperti bubuk kunyit dan minuman instan berbahan dasar kunyit. Upaya ini patut diapresiasi, meskipun di sisi lain, tantangan dalam hal pemasaran dan peningkatan skala produksi masih menjadi kendala utama. Akses pasar yang terbatas dan kurangnya pengetahuan mengenai strategi pemasaran modern membuat potensi ekonomi kunyit di Desa Banua Adolang belum tergarap secara maksimal. Diperlukan intervensi dan dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta, untuk membantu masyarakat desa dalam mengembangkan potensi ekonomi berbasis kunyit ini. Pelatihan mengenai teknik budidaya modern, pengolahan pasca panen, pengemasan, serta strategi pemasaran yang efektif dapat menjadi solusi untuk meningkatkan nilai tambah produk kunyit. Selain itu, fasilitasi akses permodalan dan pembangunan infrastruktur pendukung juga sangat krusial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi desa. Pengembangan ekonomi desa berbasis kunyit di Banua Adolang bukan hanya sekadar upaya peningkatan pendapatan masyarakat. Lebih dari itu, kegiatan ini juga merupakan bentuk pelestarian budaya dan kearifan lokal yang perlu dijaga dan dilindungi. Dengan pendekatan yang tepat dan berkelanjutan, potensi ekonomi kunyit di Desa Banua Adolang diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan bagi kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah. Penulis: HAMSIR